Animo masyarakat Indonesia memanfaatkan layanan telemedicine dalam format aplikasi di smartphone belakangan melonjak tinggi. Pandemi Covid 19 menjadi salah satu pemicunya. Keharusan menjalani aktivitas dari rumah membuat kesempatan orang menggunakan smartphone menjadi lebih lama setiap harinya. Impact nya, engagement mereka dengan smartphone serta aplikasi di dalamnya menjadi meningkat. Tren ini sejalan dengan hasil riset McKinsey yang mencatat sebanyak 67% responden surveinya tertarik untuk memanfaatkan layanan telemedicine di masa depan, meskipun setelah pandemi berlalu.

Tren dan potensi yang ditawarkan oleh sektor ini, ditambah populasi Indonesia yang padat, tentunya menyebabkan semakin banyaknya pemain lokal maupun mancanegara yang terjun ke sektor telemedicine. Di tengah persaingan ketat, terdapat salah satu pemain telemedicine asal Indonesia yang telah diakui hingga kancah internasional. Baru baru ini, Halodoc dinobatkan sebagai satu satunya perusahaan di Asia Tenggara yang mampu menembus daftar 150 startup kesehatan paling menjanjikan versi lembaga riset global bergengsi, CB Insights.

Dr Luthfi Mardiansyah seorang ahli dan pemerhati industri kesehatan, yang saat ini juga menjabat sebagai President Director Bahar Consulting dan Chairman Chapters Indonesia mengatakan, Halodoc berhasil masuk di kategori Virtual Care Delivery. Solusi teknologi yang solutif dari aplikasi telemedicine seperti Halodoc, katanya, patut ditiru oleh para startup lokal. "Penggunaan aplikasi dapat membantu masyarakat daerah terpencil untuk mendapatkan akses informasi kesehatan," ujar Dr Luthfi.

Hal demikian membuat masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi kesehatan dari diagnosa sampai pengetahuan untuk penyembuhan. "Untuk solusi masyarakat di kota besar, apalagi dengan kondisi macet dan waiting time di rumah sakit lama, masyarakat bisa gunakan teknologi, khususnya di saat pandemi dari rumah daripada rame rame ke rumah sakit,” ujar Luthfi saat dihubungi media baru baru ini. Di situs CB Insights, Halodoc masuk ke daftar 150 startup kesehatan digital paling menjanjikan di dunia tahun 2020, menyisihkan 8.000 startup lainnya dari 18 negara.

CB Insight juga mencatat layanan kesehatan jarak jauh (telehealth) melonjak tajam akibat pandemi dengan komposisi 41% dari 150 startup kesehatan digital dalam daftar ini yang menawarkan layanan telemedicine. Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kemenkominfo RI, mengapresiasi masuknya Halodoc dalam daftar tersebut. “Kita apresiasi masuknya Halodoc, dan kita (Kemkominfo) juga sudah bermitra dengan Halodoc cukup lama,” ujar Semuel. Semuel menilai, kehadiran e health seperti Halodoc membuat pelayanan kesehatan semakin mudah.

“Dulu mendapatkan dokter pribadi sangat mahal sekali. Sekarang saya bisa mudah menghubungi dokter spesialis. Lewat chatting saja bisa hubungi dokter. Dokter pun punya data medis saya lengkap. E health itu harus kaya gitu,” ungkap Semmy. Semuel menambahkan, Pemerintah juga terus meningkatkan konektivitas sampai ke desa desa supaya masyarakat bisa mendapatkan akses internet yang lebih luas. Selain membantu mempermudah akses ke kesehatan, juga akses pendidikan dan bisnis. “Kesehatan itu sektor strategis yang kita kembangkan selain pendidikan, pariwisata, transportasi, keuangan, logistik, pembayaran dan lainnya,” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.